Achievement Unlocked: Batal Nikah

Ollo!

Minggu, 16 Januari 2022, seharusnya menjadi salah satu achievement unlocked aku: menikah. Yup! Seharusnya... karena kenyataannya akhir Oktober 2021 lalu malah ada pencapaian dalam hidupku yang, kalau dipikir agak serius, tidak bisa aku banggakan, walaupun memang tidak semua orang mengalami hal ini: batal nikah.

Momen diputusin oleh tunangan via WhatsApp chat yang aku pikir akan membuat manusia normal sedih malah membuatku merasa... lega. Seolah ada beban besar yang terangkat dari pundakku. Aneh, kan? Tidak jadi menikah adalah sebuah kegagalan baru dalam sejarah percintaanku, tapi, hal itu menjadikanku lebih bahagia. Sepertinya bukan hidup seorang Mediatami kalau tidak dipenuhi ironi. :))

Tentu, ada sedikit rasa sedih ketika menyadari rencana yang sudah disepakati kedua keluarga tidak bisa berlanjut. Bukan karena sedih kehilangan sosok pria yang beberapa bulan itu aku prioritaskan, sih... Justru karena sempat berpikiran "damn, I let my family disappointed."

Aku merasa bikin mereka kecewa dengan pilihan aku untuk menikah saat itu. Baru dekat beberapa bulan, lalu lamaran. Keluarga dan inner circle aku jelas kaget. Mereka tahu aku belum terlalu kenal juga dengan dia, but they know me. Once I set my mind on something, gas teroooosss... Jadi, ketika (mau tidak mau) kasih kabar ke mereka bahwa the wedding is off, aku expect kekecewaan dari mereka. Surprise... Surprise... Mereka malah ikut senang aku tidak jadi menikah dengan dia! Hahahaha.

Mereka malah mengingatkan untuk tidak berpikir bahwa aku bikin keluarga kecewa dan sedih. Apa yang terjadi justru harus disyukuri. Setidaknya, aku lebih paham aslinya dia seperti apa, pun dia tahu aku seperti apa. Daripada baru ketahuan setelah nikah? Investasi kami dalam hubungan ini juga aku anggap sebagai bayaran mengenal seseorang saja. Bagaimanapun juga, tidak semua investasi menguntungkan, bukan? ;)

Ada satu pertanyaan yang hampir semua orang tanyakan ketika mereka tahu aku tidak jadi melepas masa lajang Januari lalu:
"Kenapa dulu mau menerima ajakan menikah dia?"

Pertanyaan sederhana yang baru aku pahami jawaban sesungguhnya beberapa minggu lalu. Karena aku ingin memuaskan ego aku. Aku ingin membuktikan ke orang-orang bahwa aku bisa berkomitmen serius dengan satu orang, kok. Jadi, ketika dia mengajak aku menikah dari pertemuan awal, aku merasa tertantang. Aku suka tantangan. Hmm, sepertinya memang bukan alasan tepat untuk memulai pernikahan, ya?

Aku sempat berpikir hubungan ini seharusnya lebih berat dan menyakitkan ketika berakhir. Minimal, aku bisa menangis atau enggan untuk dekat dulu dengan laki-laki lain deh... Yakali udah berstatus tunangan orang, efek putusnya biasa aja? But, unfortunately, years ago, I've been through the worst and most painful break up, so with him... It was just another break up. I loved him. But I was never in love with him.

It was just the rain for me, who survived the thunderstorm. And just like the rain, love will stop.

Aku sangat berterima kasih pada dia dan pengalaman yang dia berikan. Kurang lebih 5 bulan bareng, aku jadi lebih menyadari bahwa aku memang mau menikah dan mampu berkomitmen dengan satu orang. Hanya saja, aku masih belum siap untuk berkomitmen dalam pernikahan. Setidaknya untuk saat ini.

Love and stay safe,
M

Komentar

Posting Komentar

Silakan kirim komentar kamu tentang post ini ya...

Postingan Populer